Salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia khususnya kota Jakarta adalah stunting atau tengkes/tubuh pendek. Mengapa ? Karena stunting/tengkes merupakan prediktor rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dampaknya menimbulkan risiko penurunan kemampuan produktif suatu negara.
Masalah sebenarnya bukan pada tubuh yang pendek. Tetapi, jika seseorang terkena stunting atau tengkes, proses lain di dalam tubuh akan terhambat. Termasuk pertumbuhan otak yang berdampak pada kecerdasan.
“Ini yang mengkhawatirkan, Dan, Indonesia, termasuk DKI Jakarta tentunya, pada tahun 2018 merupakan negara nomor lima dengan angka stunting (kerdil) tertinggi di dunia. Lebih kurang sebanyak 9 juta anak balita Indonesia (37%) mengalami stunting. Jumlah itu diprediksi mengalami kenaikan hingga tahun 2024 ini. Karena itu, penanganan tengkes atau stunting harus dilanjutkan. Bahkan perlu digelorakan,” papar Anggota Fraksi PDI Perjuangan dan Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak, Rabu (3/7/2024).
Dengan jumlah tersebut, imbuh wakil rakyat dari Fraksi PDI Perjuangan itu, Indonesia adalah penyumbang angka stunting kelima di dunia. Jumlah anak balita seluruh dunia yang stunting mencapai 150-an juta lebih.
Berkenaan dengan peringatan Hari Keluarga Nasional ke-31 pada 1 Juli 2024, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, Minggu (30/6/2024) menyebutkan, setidaknya satu dari lima anak di Indonesia mengalami tengkes (stunting).
Karena itu, upaya mengatasi tengkes perku dilanjutkan dan ditingatkan. Ternasuk mencegah agar tidak ada lagi kasus baru di masa depan.
“Karena itu, penanganan tengkes perlu dituntaskan, mengingat dampak langsungnya pada sumberdaya manusia (SDM). Pada peringatan Hari Keluarga Nasional ke-31 di Semarang, Jawa Tengah, kepala BKKBN menyebutkan, kondisi tengkes sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual seseorang,” imbuh Gilbert.
Karena itu, jika kemampuan intelektual rendah, tambah Gilbert Simanjuntak, tingkat keterampilan pekerjaan yang dimiliki juga akan rendah. Akibatnya, seseorang tersebut tidak bisa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas bagi sebuah bangsa.
Mengutip data World Population Review tahun 2022, tingkat kecerdasan rata-rata penduduk Indonesia adalah 78,49. Dengan tingkat kecerdasan itu, Indonesia menempati peringkat ke-130 di dunia.
Selain itu, data Forum Ekonomi Dunia (WEF) memperlihatkan, tingkat pekerja berketerampilan tinggi di Indonesia masih sangat rendah. Demikian pula tingkat penempatan pekerja berketerampilan tinggi. Indonesia berada di peringkat ketiga terbawah dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara dengan skor 9,9.
"Nilai Indonesia ini sangat jauh dibandingkan dengan Singapura yang menempati urutan pertama dengan skor 56,2. Bahkan skor Indonesia di bawah Brunei Darussalam yang memiliki skor 40,8. Malaysia 25,5, Myanmar 21,2 dan Vietnam 10,8,” urai Dewan yang juga Epidemiologi ini.
Artikel ini telah naik tayang di dprd-dkijakartaprov.go.id dengan link https://dprd-dkijakartaprov.go.id/lanjutkan-penanganan-tengkes/ dan beberapa penyesuaian
Comentarios